Curug Layung



Curug Layung : Kemping Ceria Menuju Hari (Senin) Yang Bahagia


Bagi warga Ibu Kota, akhir pekan merupakan  waktu yang sangat berharga untuk mengganti kepenatan di hari kerja. 5 hari berinterksi  dengan polusi dan macam-macam manusia yang mengerutkan dahi patut dibayar dengan relaksasi.  Weekend adalah waktu untuk happy-happy.

Bandung menjadi destinasi pilihan saya dan dua orang teman saya. Tapi kali ini kami ingin menikmati Bandung dengan cara yang berbeda, rules no 1 : anti crowded-crowded place. Atas saran salah satu dari kami, tercetuslah ide  kemping di kawasan Curug Layung, Desa Kertawangi, Kab. Bandung Barat. Kemping ceria istilah kekiniannya.  Run Down: berangkat Sabtu pagi, minginap semalam, turun Minggu siang. Dengan itinerary super simple tersebut perbekalan yang saya bawa juga tidak kalah ringkas, hanya satu tas backpack berisi : 1 celana jeans, 1 celana lari, 1 turtle neck, 3 kaos , 1 kain pantai untuk selimut, pakaian dalam secukupnya, alat mandi, alat make-up, sunscreen (dulu saya munyebutnya suns cream loh). Tenda dan perlengkapan kemping disiapkan si pemilik ide.

Sabtu pagi pkl 10 kami bertiga berangkat dari Cimahi ke Curug Layung menggunakan Jeep Mini milik salah satu dari kami, rules no 2 : no AC-AC at all. Jadilah sepanjang perjalanan kami menikmati segarnya udara Bandung sambil sesekali menghirup asap knalpot saat macet di perjalanan. Sudah rahasia umum Bandung atas saat akhir pekan padat merayap. Baru setelah melewati Sersan Bajuri atas, udara segara khas pegunungan mulai mendominasi pernafasan ..hhmmm.

Naik-naik ke puncak gunung..tinggi..tinggi sekali

Off the record : Sebelum naik-naik ke puncak gunung (sing!) kami  mengisi amunisi utama dan yang paling utama, yaitu perut. Kami mampir ke tempat makan yang sedang hits di Bandung, namanya  Se’i Sapi Lamarera di Jl. Bagusrangin Dipatiukur. Rasanya enak dan harganya terjangkau. Menu pavorit saya lidah sapi rica-rica. Se’i sapinnya enak namun sedikit alot, se’i sapi best seller kedai ini adalah se’i sapi sambal luat namanya. Setelah makan dan shalat zuhur kami meneruskan perjalanan.

Sekitar Pkl 3 sore kami baru sampai di area Curug Layung. 4 jam perjalanan, sudah termasuk macet, makan siang dan mampir membeli perbekalan. Area wisata Curug  Layung sudah tertata dengan baik. Pengelola menyediakan tempat parkir mobil dan motor, warung, musholla, toilet dan kamar mandi. Harga tiketpun sangat terjangkau, cukup membayar  Rp 10.000 per orang untuk kemping 1 malam.

Kami tracking menyusuri hutan pinus sekitar  1.5 km dan melewati setidaknya dua lahan perkemahan sampai akhirnya menemukan tempat sesuai harapan, yaitu tanah yang datar dan luas. Ada dua tenda di sana, menyusul kami yang selanjutnya.  Tenda kami berdiri di atas bukit di antara pohon pinus yang menghadap ke lembah. Jejeran pohon pinus kami manfaatkan untuk mengikat hammock. Tambahan informasi di lokasi kemping hanya  hanya ada sinyal Telkomsel (Telkomsel, please endorse me..wakwak!), itupun timbul tenggelam, dan kebanyakan tenggelamnya. Sinyalnya edge dua bar, bisa dipakai untuk mengirim SMS.

Sisa waktu sore sampai menjelang malam kami manfaatkan untuk berjalan-jalan di hutan pinus yang rindang sekitaran tenda dan bersantai menikmati senja. Hal yang terpenting yang kami siapkan untuk menyambut malam adalah memastikan persediaan air mencukupi untuk wudhu dan buang air karena lokasi toilet berada di dekat loket bawah, di area hutan menuju curug, dan di dekat curug.  Mungkin di siang hari tidak mejadi masalah ke toilet-toilet tersebut,namun jika malam hari, melewati hutan tanpa penerangan lampu agak sulit dan yaaah..ngeri-ngeri sedap. Jadi kami memilih untuk buang air kecil di hutan belakang tenda saja, buang air kecil ya gaes, patut digarisbawahi. Lakasi aman untuk dijadikan toilet dadakan idealnya kurang lebih 10 meter dari tenda masuk ke hutan atau semak-semak. Tujuannya agar bau hasil sisa produksimu (baca : bau pesing) tidak sampai ke tenda.

Satu lagi, moment yang sebisa mungkin jangan dilewatkan saat kita berada di alam adalah shalat di hamparan semesta. Rasanya masya Allah..tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kamu akan terasa sangat dekat dengan-Nya. Cobain.


Malam harinya kami makan malam ala anak gunung jaman now : goreng sosis, nugget, dan kentang. Kami sedikit bermasalah saat memasak, karena kami menggunakan kompor berbahan bakar sepritus. Komper ini baru dan masih uji coba. Hasiln trial and error ternyata, error. Karena kompor sepritus ternyata sangat lama memanaskan makanan. Butuh waktu lebih dari satu jam untuk memasak, sedangkan kami sudah kelaparan. Alhasil setiap sosis, nungget, atau kentang yang matang langsung menjadi rebutan bak memperebutkan handuk basah yang dilempat  Adam Levine pada saat konser, cadas. Rules no 3 : Ladies First. Lalu setelahnya kami saling menertawan kelakuan satu sama lain, terlebih diri sendiri. Tertawa lepas bersama orang-orang terbaik, berebut makanan yang baru matang, bercerita dari hati ke hati sambil makan kuaci, bersaut-sautan dengan orkestra jangkrik dan kawan-kawan.. bahagianya luar biasa, terasa nggak ?

Minggu pagi saat  keluar tenda saya terkejut karna  sekitar 5 tenda baru berdiri di sekitar tenda kami. Rupanya mereka datang saat tengah malam, ciri khas anak gunung mengejar summit.  Agenda pagi kami adalah jogging dan mengeksplor lagi kawasan hutan pinus sambil mencari lokasi curug. Jogging di hutan pinus adalah pengalaman yang baru yangg luar biasa menyenangan. Kami berlari -lari kecil di jalan setapak di antara pohon-pohon pinus sambal sesekali melompat tinggi menghindari akar. Padahal tinggi akarnya hanya beberapa cm, biasanya, kumat lebaynya.


Lembah DepanTenda


Setelah sudah mulai berkeringat, kami lanjut menuju lokasi curug. Tidak sulit menuju Curug Layung sebab petunjuk jalannya cukup jelas. Yang membuat saya heran, ketika sudah dekat lokasi curug (menurut marka jalan) saya belum mendengar dentuman air jatuh seperti air terjun pada umumnya. Keheranan saya terjawab ketika sampai di bawah dan melihat curug, ternyata ketinggian curug layung yang signifikan hanya sekitar 1 meter. Informasi yang saya dapat dari hasil browsing tinggi curung sekitar 4 meter ceunah, mungkin 4 meter itu dari titik tertinggi. Karna jatuhny air tidak lansung namun berundak-udak. 


Curug Layung : Sumber Google Image

Untuk ukuran wisata komersil Curug Layung tergolong rapih dan bersih. Airnya  jernih dan segar sekali.  Di area curug sudah disiapkan jembatan bambu yang disusun apik yang berfungsi selain untuk memudahkan pengunjung menyebarangi curug, jembatan bambu ini juga bisa dimanfaatkan sebagai lokasi foto-foto karena cukup instagramable. Cocok banget deh untuk weekend gateway-nya para millennials seperti kami, uhuk!


Kami tidak lama di curug. Karena hari minggu, curug cukup ramai didatangi pengunjung (back to rules no 1). Setelah main air lalu foto-foto, kami kembali ke tenda untuk sarapan, lalu acara bebas. Ada yang bersosialisasi dengan tetangga (sosiliasasi sambil modus meureun), ada yang tiduran di hammock sambal membaca dan mendengarkan musik, ada yang sibuk foto selfie. Sekitar pukul 10 kami bersiap-siap bongkar tenda, lalu pulang dengan hati riang.


Last but not least, kesimpulannya : curugnya memang tidak sesuai ekspektasi, namun kempingnya berhasil bikin happy. Berniat balik lagi ? YO-I.





Inframe :














Comments

  1. Gak nyangka ternyata suka kemping juga ya kak. Emang alam itu bikin kita seger dan terisi ulang utk ngadepin hiruk pikuk selanjut ya. Btw kalau toiletnya bersih gak kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Suka kaakk..dari coba-coba, eh ketagihan. Thanks to my friend yang udah ngajak aku ke sini :) dari 4 toilet, cuma ada 1 toilet yang bersih, yaitu toilet di area curug. Mungkin ini bisa jadi masukan bagi pengelola untuk meningkatkan kualitas dari fasilitas yang ada saat ini.

      Delete

Post a Comment